Author: Yendra Afriza, Adviser: Mustakim, ST., M.Kom.
Abstract
Provinsi Riau memiliki potensi untuk memanfaatkan limbah kelapa sawit sebagai sumber energi terbarukan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan perankingan wilayah penghasil kelapa sawit di Provinsi Riau guna memberikan informasi dan rekomendasi kepada pihak pemerintah terhadap kebijakan dalam menentukan pembangunan pusat energi terbarukan di Provinsi Riau, memberikan peluang investasi di bidang pertanian, mengembangkan produksi kelapa sawit di wilayah yang produksi kelapa sawitnya masih sedikit dan memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan penyeleksian dan perankingan secara manual oleh pihak terkait.Algoritma Simple Aditive Weighting (SAW), Weighting Product (WP) dan Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution (TOPSIS) digunakan untuk melakukan perankingan kecamatan dengan menggunakan pembobotan dalam bentuk bobot langsung, fuzzy dan persentase (%). Dalam mengupayakan hasil yang akurat dan maksimal sesuai dengan hasil yang diharapkan, diterapkan ketiga metode yang memiliki peranan untuk menentukan metode terbaik dalam pengambilan keputusan. Hasil perhitungan ketiga metode dengan ketiga pembobotan menghasilkan metode SAW dengan bobot persentase lebih baik dibanding metode WP dan TOPSIS. Berdasarkan hasil perhitungan metode SAWdengan bobot persentase wilayah Tapung, Pangkalan Kuras, Mandau, Tapung Hilir dan Tambusai Utara menempati 5 peringkat teratas sebagai wilayah potensial sumber energi terbarukan.
Kata Kunci :Kelapa Sawit, Simple Aditive Weighting, Sistem Pendukung Keputusan, Technique for Order Preference by Similarity to Ideal Solution, Weighting Product
Conclusion
Berdasarkan analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya, perankingan kecamatan penghasil kelapa sawit pada penelitian ini diperoleh beberapa kesimpulan diantaranya adalah:
- Hasil perankingan menggunakan metode SAW dengan bobot persentase dan dataset rata-rata 5 tahun menunjukkan hasil perankingan wilayah yang paling potensial penghasil kelapa sawit. Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai sensitifitas terkecil dengan nilai SAW (0,8121), bobot persentase (0,0035) dan dataset rata-rata 5 tahun (0,0035).
- Hubungan antara kriteria utama LSP dan HPP terhadap metode terbaik menunjukkan bahwa kecamatan Tapung Hulu, Mandau, Kandis, Pangkalan Kuran dan Tambusai Utara adalah peringkat 5 teratas wilayah potensial penghasil kelapa sawit dengan nilai sensitifitas rata-rata berturutturut 0,82%; 3,69%; 6,87%; 9,34% dan 10,55%.
- Hubungan antara kriteria pendukung JD, JP, KP, PKS, LW terhadap metode terbaik menunjukkan bahwa kecamatan Bagan Sinembah, Pinggir, Kandis, Tambusai Utara dan Tapung Hulu adalah peringkat 5 teratas wilayah potensial penghasil kelapa sawit dengan nilai sensitifitas rata-rata berturut-turut 4,27%; 7,25%; 8,28%; 8,33% dan 8,45%.
- Hasil kriteria utama dengan kriteria pendukung terhadap metode terbaik diperoleh kecamatan Tapung Hulu (5%), Kandis (8%), Mandau (8%), Bagan Sinembah (9%) dan Pinggir (9%) sebagai 5 wilayah paling potensial penghasil kelapa sawit. Hubungan keduanya memiliki koefisien 35,4% dengan nilai mutlak P-Value 31,5% yang memiliki nilai error sebesar 5,1%.
- Perbandingan hasil keputusan dengan penelitian terdahulu oleh Mustakim (2015) menyatakan bahwa 5 wilayah potensial kelapa sawit yaitu Mandau, Tambusai Utara, Tapung, Pinggir dan Bagan Sinembah. Pada penelitian ini, 5 wilayah potensial yaitu Tapung Hulu, Kandis, Mandau, Bagan Sinembah dan Pinggir.
- Rekomendasi hasil penelitian yang diusulkan kepada pihak pemerintah terkait pembangunan wilayah penghasil kelapa sawit di Provinsi Riau yaitu, mengembangkan 5 wilayah yang paling potensial, memberikan peluang investasi dan mengembangkan produksi kelapa sawit.